Pedoman FIKSI SMA 2019
Berikut ini adalah berkas Pedoman Kegiatan FIKSI (Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia) SMA 2019. Download file format PDF.
Pedoman Kegiatan FIKSI SMA 2019 |
Pedoman Kegiatan FIKSI SMA 2019
Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Pedoman Kegiatan FIKSI (Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia) SMA 2019:
Generasi muda selalu menjadi tumpuan harapan keberlanjutan dan peningkatan taraf hidup masyarakat, karena di tangan merekalah masa depan dirancang dan ditentukan. Di era kini, generasi yang tengah tumbuh berkembang adalah mereka yang termasuk ke dalam angkatan post millennial. Berbeda dengan generasi sebelumnya, para post millennial ini dikenal sebagai orang-orang yang ingin aktif berperan untuk melakukan perubahan, dan terus berupaya untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Karakter yang seperti inilah yang menyebabkan generasi muda selalu tertantang untuk menciptakan inovasi-inovasi baru dalam menghadapi tantangan dan permasalahan yang ada di sekitarnya.
Pendidikan Kewirausahaan merupakan salah satu wadah untuk mengembangkan inovasi dan kreatifitas generasi muda. Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Pembinaan SMA memfasilitasi para siswa SMA/MA yang mempunyai minat dan bakat berwirausaha dan memulai usaha dengan basis ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui kegiatan Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI). Fasilitas yang diberikan dalam FIKSI meliputi pendidikan dan pelatihan kewirausahaan sosial, penyusunan rencana wirausaha (business plan), serta keberlanjutan usaha.
Pedoman ini disusun sebagai panduan dan referensi bagi para pihak yang ingin berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan FIKSI 2019 ataupun ingin mengetahui pelaksanaan kegiatan FIKSI secara lebih mendalam.
Semoga pedoman ini dapat memberikan pengaruh positif dan inspirasi bagi rekan-rekan muda lainnya untuk terus menebarkan hal-hal positif. Majulah generasi Emas Indonesia melalui FIKSI.
Generasi muda selalu menjadi tumpuan harapan keberlanjutan dan peningkatan taraf hidup masyarakat, karena di tangan merekalah masa depan dirancang dan ditentukan. Di era kini, generasi yang tengah tumbuh berkembang adalah mereka yang termasuk ke dalam angkatan post millennial. Berbeda dengan generasi sebelumnya, para post millennial ini dikenal sebagai orang-orang yang ingin aktif berperan untuk melakukan perubahan, dan terus berupaya untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Karakter yang seperti inilah yang menyebabkan generasi muda selalu tertantang untuk menciptakan inovasi-inovasi baru dalam menghadapi tantangan dan permasalahan yang ada di sekitarnya.
Pendidikan Kewirausahaan merupakan salah satu wadah untuk mengembangkan inovasi dan kreatifitas generasi muda. Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Pembinaan SMA memfasilitasi para siswa SMA/MA yang mempunyai minat dan bakat berwirausaha dan memulai usaha dengan basis ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui kegiatan Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI). Fasilitas yang diberikan dalam FIKSI meliputi pendidikan dan pelatihan kewirausahaan sosial, penyusunan rencana wirausaha (business plan), serta keberlanjutan usaha.
Pedoman ini disusun sebagai panduan dan referensi bagi para pihak yang ingin berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan FIKSI 2019 ataupun ingin mengetahui pelaksanaan kegiatan FIKSI secara lebih mendalam.
Semoga pedoman ini dapat memberikan pengaruh positif dan inspirasi bagi rekan-rekan muda lainnya untuk terus menebarkan hal-hal positif. Majulah generasi Emas Indonesia melalui FIKSI.
A. Latar Belakang
Generasi muda selalu menjadi tumpuan harapan keberlanjutan dan peningkatan taraf hidup masyarakat, karena di tangan merekalah masa depan dirancang dan ditentukan. Di era kini, generasi yang tengah tumbuh berkembang adalah mereka yang termasuk ke dalam angkatan post millennial. Berbeda dengan generasi sebelumnya, para post millennial ini dikenal sebagai orang-orang yang ingin aktif berperan untuk melakukan perubahan, dan terus berupaya untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Gambar 1 menunjukkan bagan yang menampilkan karakteristik khusus bagi tiap generasi, di mana Post Millennial disebut sebagai generasi yang adaptif.
Generasi Post-Millennial atau kerap juga disebut Generasi Z, iGeneration, Generasi Net atau Generasi Internet, memiliki karakteristik umum antara lain sebagai berikut:
a. Fasih Teknologi. Mereka adalah “generasi digital” yang mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer. Mereka dapat mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan secara mudah dan cepat, baik untuk kepentingan pendidikan maupun kepentingan hidup kesehariannya.
b. Peka Sosial. Generasi post millennial sangat intens berkomunikasi dan berinteraksi dengan semua kalangan, khususnya dengan teman sebaya, baik melalui dunia maya (cyberhood) melalui berbagai situs jejaring, seperti Facebook dan Twitter, maupun melalui interaksi langsung dengan membuat komunitas-komunitas di dunia nyata (neighbourhood). Melalui interaksi dengan kedua saluran cyberhood dan neighbourhood ini, generasi post millennial mengekspresikan apa yang dirasakan dan dipikirkannya secara spontan. Mereka juga cenderung toleran terhadap perbedaan kultur, mendambakan keadilan, dan sangat peduli pada lingkungan.
c. Multitasking. Mereka terbiasa melakukan beragam aktivitas dalam satu waktu yang bersamaan. Mereka bisa membaca, berbicara, menonton, atau mendengarkan musik dalam waktu yang bersamaan. Mereka menginginkan segala sesuatunya dapat dilakukan dan berjalan serba cepat. Mereka tidak menginginkan hal-hal yang bertele-tele dan berbelit-belit.
Sementara itu, data pertumbuhan populasi menunjukkan proporsi jumlah penduduk usia produktif dan angkatan muda cenderung mendominasi, sehingga mengindikasi terjadinya “bonus demografi” bagi Indonesia pada tahun 2020-2030, di mana usia angkatan kerja (15-64 tahun) mencapai 70%; sementara 30% masuk ke usia tidak produktif, yaitu di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun (Presiden Joko Widodo, kumparan.com 7 Februari 2018). Sumber Daya Manusia (SDM) ini tentunya patut dilihat sebagai aset yang sangat berharga, karena energi dan segala potensinya yang dapat bermanfaat untuk turut membangun negeri ini. Dari sini jelas terlihat bahwa SDM ini perlu dibekali dengan asupan pendidikan dan keterampilan yang layak, dan sedapat mungkin memperoleh akses terhadap berbagai kesempatan untuk berkarya dan berprestasi, untuk mencegah agar jangan sampai “bonus demografi” ini justru menjadi “bencana demografi” di mana mayoritas populasi berusia produktif, namun dengan kualitas rendah yang hanya akan menjadi beban. Selain meningkatkan kualitas SDM ini, tantangan utama lain adalah menjaga agar situasi dan kondisi negara selalu dalam suasana kompetitif yang menyenangkan bagi generasi muda di seluruh pelosok negeri.
Masih menilik masa depan; bagaimana kekuatan ekonomi di masa mendatang? “Diproyeksikan, enam dari tujuh ekonomi terbesar dunia di tahun 2050 berasal dari negara berkembang yang dipimpin oleh China di puncak, India nomer dua, Indonesia nomor empat,” ungkap Kepala Ekonom PwC John Hawksworth. Data yang menunjukkan bahwa Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke-4 dunia di tahun 2050 ini merupakan salah satu motivasi utama dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa ini. Tahun 2050 adalah ketika para siswa peserta program ini akan berusia di kisaran 45-50 tahun, usia produktif yang matang, yang pada saat itu akan memegang tanggung jawab penuh terhadap penyelenggaraan, kemajuan, dan keberlangsungan pembangunan. Sehingga perlu disiapkan inisiatif dan program-program yang turut andil dalam mempersiapkan para pemimpin masa depan ini.
Dengan mengetahui adanya berbagai kecenderungan data dan arah masa depan seperti yang tersebut di atas, dan dengan menimbang kondisi Indonesia kini, dengan segala potensi dan tantangannya, jelas terdapat peluang untuk melihat negeri ini sebagai lahan inovasi yang dapat terus digarap. Indonesia masih sangat memerlukan berbagai pemikiran dan solusi bagi beragam permasalahannya. Dalam skala global, tantangan yang dihadapi oleh seluruh negara di masa mendatang adalah untuk menjawab Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, atau Sustainable Development Goal (SDG) 2030, yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada pertemuan di Markas PBB di New York, Amerika Serikat, pada tanggal 25 September 2015. SDG 2030 meliputi 17 (tujuh belas) aspek kehidupan, yaitu:
Sementara itu, terdapat pula Agenda Ilmu Pengetahuan Indonesia yang tercantum dalam Sains 45, di mana karakter ilmu pengetahuan dimanfaatkan sebagai metode atau alat untuk mencari solusi dari berbagai permasalahan kehidupan, sebagai kerangka berpikir yang mengangkat derajat dan kapabilitas manusia, dan sebagai budaya yang memberikan landasan nilai bagi peradaban manusia. Tantangan yang dihadapi oleh tiap negara di dunia selalu mencakup isu-isu ekonomi, kesenjangan, kemiskinan, pengangguran, dan inflasi (Sains 45, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia/AIPI, 2016). Dalam Sidang Paripurna Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) yang dilaksanakan pada Bulan November 2018, dengan masih mengacu pada Sains 45, ditetapkan bahwa prioritas penelitian di Indonesia di masa mendatang yang dapat menjadi unggulan adalah yang terfokus pada keanekaragaman hayati (biodiversity), dengan perhatian khusus pada potensi kelautan/maritim.
Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) ini pun dapat menjadi salah satu program yang berkontribusi bagi pencapaian SDG 2030. Ditambah dengan potensi kekayaan budaya dan tradisi, keragaman sumber daya alam, serta kemajuan teknologi, para siswa dihadapkan dengan peluang yang sangat lebar untuk dapat mengasah empati mereka, sekaligus menguji daya cipta dan kemampuan mereka dalam hal ilmu pengetahuan, kreativitas, dan perangai wirausaha. Juga dengan mempertimbangkan segala potensi ekonomi kreatif yang telah kita miliki, sudah sepantasnya kita manfaatkan potensi tersebut secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa. Sehingga jelas terlihat bahwa angkatan muda ini, terutama para siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), haruslah memiliki kualitas yang baik, yang akan menjadi penggerak utama dan ujung tombak kegiatan ekonomi di Indonesia.
Adapun generasi post millennial ini menyikapi peluang, berikut eksistensi pergaulannya, melalui usaha yang merespon permasalahan di sekitarnya dengan cara-cara kreatif, sekaligus mengaktivasi teknologi. Sebagai generasi yang dilahirkan dalam era digital dan internet, serta gencarnya pengembangan media sosial elektronik, penerapan teknologi informatika dalam keseharian menjadi sangat alami bagi generasi ini, termasuk pemanfaatannya sebagai alat pengembangan wirausaha yang mereka bangun sendiri. Kepekaan dan empati terhadap permasalahan lingkungan dan sosial pun menjadi perhatian tersendiri, sehingga kesadaran dalam mengangkat potensi sumber daya lokal sebagai solusi pun selaras dengan karakteristik mereka. Mereka merespon berbagai fenomena masa kini dengan menciptakan aktivitas usaha yang mencakup pertimbangan terhadap aspek-aspek sosial budaya, lingkungan hidup, pendidikan, kesehatan, transportasi, penggalangan dana, dll.
Sebagai contoh, Azizah Assattari, Founder dan Creative Director Lentera Nusantara, studio yang memproduksi game Ghost Parade yang dirintis sejak 2015. Game ini menceritakan petualangan Suri, seorang siswi yang menjumpai berbagai jenis makhluk halus dalam perjalanannya melewati hutan keramat Svaka sepulang dari sekolah. Suri justru berteman dengan makhluk halus yang meminta bantuan Suri untuk menjaga kelestarian alam dari tangan oknum yang berniat merusak hutan. Melalui game ini, Azizah dan Studio Lentera bermaksud mensosialisasikan isu kerusakan lingkungan. Exposure Ghost Parade masih berada dalam tahap awal, namun secara bertahap terus berkembang, dan rencananya akan diluncurkan pada tahun 2019 dengan rekanan dan jangkauan skala internasional. Dengan penyempurnaan dan pengembangan game ini, yang diharapkan meluas pemakaiannya di kalangan generasi muda, diharapkan pula makin meluasnya isu dan kepedulian terhadap pelestarian lingkungan.
Contoh lain adalah M. Alfatih Timur, yang berdasarkan keprihatinannya terhadap kondisi masyarakat sekitarnya, pada tahun 2013 mendirikan Kitabisa.com, sebuah platform penggalangan dana online. Sejalan dengan waktu, platform Kitabisa.com makin mendapat kepercayaan publik, dan hingga kini telah mendanai lebih dari 2.500 kampanye degan nilai melampaui Rp.45 miliar. Sejauh ini, platform yang telah menghubungkan lebih dari 153 ribu orang ini belum pernah mengalami penipuan (fraud). Karena inisiatifnya ini, Alfatih mendapatkan penghargaan sebagai salah satu kategori wirausaha sosial di bawah usia 30 tingkat Asia versi majalah Forbes.
Satu contoh lagi adalah Piksel Indonesia, dengan para pendiri antara lain Nancy Margried dan Muhamad Lukman, yang melestarikan batik melalui perpaduannya dengan perkembangan teknologi dalam dua produk, yaitu Batik Fractal (produk fashion yang memanfaatkan software khusus untuk mengolah rumus matematis menjadi pola batik yang unik) dan JBatik (piranti lunak yang digunakan dalam proses perancangan pola batik tersebut). Mereka masih terus mengembangkan aktivitasnya, mencakup pelatihan bagi para pebatik di pelosok kampung-kampung produsen batik, pewarna alam untuk komunitas batik, hingga melakukan penelitian ilmiah dan partisipasi di event desain dunia.
Azizah, Alfatih, Nancy, dan Lukman adalah contoh-contoh wirausahawan sosial yang menawarkan solusi inovatif bagi berbagai permasalahan di masyarakat, yang mampu menawarkan ide-ide baru dengan memanfaatkan kreativitas dan teknologi untuk membawa perubahan yang lebih luas. Usaha yang mereka ampu bukan hanya terfokus pada keuntungan dan pengembangan brand mereka saja, namun jelas berdampak nyata bagi kondisi sosial dan lingkungan. Kemajuan usaha mereka akan memperluas dampak positif yang dapat dinikmati oleh seluruh stakeholders terkait, termasuk warga dan komunitas lokal yang terlibat di dalamnya.
Dari sisi kebijakan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah III (2015-2019) pada peta perjalanan pembangunan pendidikan bertujuan untuk memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis pada sumber daya alam yang tersedia, sumber daya manusia yang berkualitas, serta kemampuan Iptek. Tema pembangunan pendidikan tahun 2015-2019 adalah Daya Saing Regional. Hal ini senada dengan pentingnya membangun daya saing generasi muda dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang nantinya juga dipersiapkan agar berdaya saing internasional. Pemerintah yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui jalan revolusi mental juga menghendaki agar para peserta didik memiliki karakter yang mandiri dan berkepribadian. Atas dasar itulah kewirausahaan menjadi sangat ideal untuk dikembangkan di tingkat SMA.
Data tahun 2012-2013 pada Kementerian Koperasi dan KUKM menunjukkan bahwa industri di Indonesia didominasi oleh skala mikro (sejumlah 98,77%), diikuti oleh skala kecil (1,13%), skala menengah (0,09%), dan skala industri besar (0,01%). Ketimpangan proporsi ini hanya bisa diatasi bila perusahaan/industri skala mikro dan kecil ditingkatkan sehingga mencapai skala menengah. Adalah tugas kaum terdidik dan terampil negeri ini untuk menyiapkan angkatan muda Indonesia menjadi generasi yang dapat berkontribusi bagi kesejahteraan bangsa melalui keterlibatan aktifnya dalam meningkatkan kelas-kelas industri skala mikro dan kecil tersebut. Patut dicatat juga, bahwa segala upaya untuk menyiapkan angkatan muda tersebut harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, bukan sekedar kegiatan sesekali yang bersifat seremonial untuk mendapatkan ‘pemenang’.
Terselenggaranya Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) dirintis oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas atas dasar semangat tersebut. Program ini dimaksudkan untuk memfasilitasi para siswa SMA/MA yang mempunyai minat dan bakat berwirausaha dan memulai usaha dengan basis ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Fasilitas yang diberikan meliputi pendidikan dan pelatihan kewirausahaan sosial, penyusunan rencana wirausaha (business plan), serta keberlanjutan usaha.
B. Dasar Hukum
Pelaksanaan Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia didasarkan pada:
a. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33
b. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
c. Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan dan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan.
f. DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) Program Penyediaan dan Layanan Pendidikan Sekolah Menengah Atas Tahun 2019.
C. Tujuan
D. Hasil yang Diharapkan
Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) tahun 2019 memasuki pelaksanaan kali ke-4 yang merupakan pengembangan dari festival sebelumnya yang telah berlangsung sejak tahun 2016. FIKSI 2019 berupaya menekankan pada Bidang Rintisan, yaitu bidang usaha yang telah menghasilkan produk, sebagai lanjutan dari tahap konsep atau gagasan. Pelaku utama inovasi dan kewirausahaan pada ajang FIKSI ini adalah siswa SMA Indonesia, yang berjiwa Post Milennial. Untuk itu tema FIKSI tahun 2019 mencoba mencakup ide “Kewirausahaan Sosial” yang memanfaatkan dan mengangkat “Sumber Daya Lokal” sebagai sumber daya utama inspirasi wirausaha yang dirintisnya.
Tema ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi Pendidikan Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU) untuk siswa SMA, yang terdiri atas dua bagian, yaitu Prakarya dan Kewirausahaan. Pendidikan Prakarya meliputi kriya, rekayasa, pengolahan dan budidaya.
Pendidikan Kewirausahaan ditujukan untuk menciptakan entrepreneur atau wirausahawan yang inovatif dan kreatif atas produk-produk yang dihasilkan pada tahap Prakarya, dan juga bermaksud menyiapkan munculnya perilaku dan sikap wirausaha pada generasi muda Indonesia. Terdapat enam tahap pendidikan kewirausahaan, yaitu:
Sesuai dengan kebutuhan kini dan masa mendatang, model kewirausahaan yang diharapkan pada FIKSI 2019 adalah model yang juga memanfaatkan teknologi digital dan informatika, mulai dari sisi produk, proses produksi hingga strategi pemasaran (dari hulu ke hilir).
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Generasi Post-Millennial atau kerap juga disebut Generasi Z, iGeneration, Generasi Net atau Generasi Internet, memiliki karakteristik umum antara lain sebagai berikut:
a. Fasih Teknologi. Mereka adalah “generasi digital” yang mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer. Mereka dapat mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan secara mudah dan cepat, baik untuk kepentingan pendidikan maupun kepentingan hidup kesehariannya.
b. Peka Sosial. Generasi post millennial sangat intens berkomunikasi dan berinteraksi dengan semua kalangan, khususnya dengan teman sebaya, baik melalui dunia maya (cyberhood) melalui berbagai situs jejaring, seperti Facebook dan Twitter, maupun melalui interaksi langsung dengan membuat komunitas-komunitas di dunia nyata (neighbourhood). Melalui interaksi dengan kedua saluran cyberhood dan neighbourhood ini, generasi post millennial mengekspresikan apa yang dirasakan dan dipikirkannya secara spontan. Mereka juga cenderung toleran terhadap perbedaan kultur, mendambakan keadilan, dan sangat peduli pada lingkungan.
c. Multitasking. Mereka terbiasa melakukan beragam aktivitas dalam satu waktu yang bersamaan. Mereka bisa membaca, berbicara, menonton, atau mendengarkan musik dalam waktu yang bersamaan. Mereka menginginkan segala sesuatunya dapat dilakukan dan berjalan serba cepat. Mereka tidak menginginkan hal-hal yang bertele-tele dan berbelit-belit.
Sementara itu, data pertumbuhan populasi menunjukkan proporsi jumlah penduduk usia produktif dan angkatan muda cenderung mendominasi, sehingga mengindikasi terjadinya “bonus demografi” bagi Indonesia pada tahun 2020-2030, di mana usia angkatan kerja (15-64 tahun) mencapai 70%; sementara 30% masuk ke usia tidak produktif, yaitu di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun (Presiden Joko Widodo, kumparan.com 7 Februari 2018). Sumber Daya Manusia (SDM) ini tentunya patut dilihat sebagai aset yang sangat berharga, karena energi dan segala potensinya yang dapat bermanfaat untuk turut membangun negeri ini. Dari sini jelas terlihat bahwa SDM ini perlu dibekali dengan asupan pendidikan dan keterampilan yang layak, dan sedapat mungkin memperoleh akses terhadap berbagai kesempatan untuk berkarya dan berprestasi, untuk mencegah agar jangan sampai “bonus demografi” ini justru menjadi “bencana demografi” di mana mayoritas populasi berusia produktif, namun dengan kualitas rendah yang hanya akan menjadi beban. Selain meningkatkan kualitas SDM ini, tantangan utama lain adalah menjaga agar situasi dan kondisi negara selalu dalam suasana kompetitif yang menyenangkan bagi generasi muda di seluruh pelosok negeri.
Masih menilik masa depan; bagaimana kekuatan ekonomi di masa mendatang? “Diproyeksikan, enam dari tujuh ekonomi terbesar dunia di tahun 2050 berasal dari negara berkembang yang dipimpin oleh China di puncak, India nomer dua, Indonesia nomor empat,” ungkap Kepala Ekonom PwC John Hawksworth. Data yang menunjukkan bahwa Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke-4 dunia di tahun 2050 ini merupakan salah satu motivasi utama dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa ini. Tahun 2050 adalah ketika para siswa peserta program ini akan berusia di kisaran 45-50 tahun, usia produktif yang matang, yang pada saat itu akan memegang tanggung jawab penuh terhadap penyelenggaraan, kemajuan, dan keberlangsungan pembangunan. Sehingga perlu disiapkan inisiatif dan program-program yang turut andil dalam mempersiapkan para pemimpin masa depan ini.
Dengan mengetahui adanya berbagai kecenderungan data dan arah masa depan seperti yang tersebut di atas, dan dengan menimbang kondisi Indonesia kini, dengan segala potensi dan tantangannya, jelas terdapat peluang untuk melihat negeri ini sebagai lahan inovasi yang dapat terus digarap. Indonesia masih sangat memerlukan berbagai pemikiran dan solusi bagi beragam permasalahannya. Dalam skala global, tantangan yang dihadapi oleh seluruh negara di masa mendatang adalah untuk menjawab Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, atau Sustainable Development Goal (SDG) 2030, yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada pertemuan di Markas PBB di New York, Amerika Serikat, pada tanggal 25 September 2015. SDG 2030 meliputi 17 (tujuh belas) aspek kehidupan, yaitu:
- Tanpa kemiskinan: Pengentasan segala bentuk kemiskinan di semua tempat.
- Tanpa kelaparan: Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi, serta menggalakkan pertanian yang berkelanjutan.
- Kehidupan sehat dan sejahtera: Menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia.
- Pendidikan berkualitas: Memastikan pendidikan berkualitas yang layak dan inklusif serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.
- Kesetaraan gender: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan.
- Air bersih dan sanitasi layak: Menjamin akses atas air bersih dan sanitasi untuk semua.
- Energi bersih dan terjangkau: Memastikan akses pada energi yang terjangkau, bisa diandalkan, berkelanjutan dan modern untuk semua.
- Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi: Mempromosikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan inklusif, lapangan pekerjaan dan pekerjaan yang layak untuk semua.
- Industri, inovasi dan infrastruktur: Membangun infrastruktur yang kuat, mempromosikan industrialisasi berkelanjutan dan mendorong inovasi.
- Berkurangnya kesenjangan: Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara negara-negara.
- Kota dan komunitas berkelanjutan: Membuat perkotaan menjadi inklusif, aman, kuat, dan berkelanjutan.
- Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab: Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.
- Penanganan perubahan iklim: Mengambil langkah penting untuk melawan perubahan iklim dan dampaknya.
- Ekosistem laut: Perlindungan dan pemanfaatan samudera, laut dan sumber daya kelautan secara berkelanjutan.
- Ekosistem daratan: Mengelola hutan secara berkelanjutan, melawan perubahan lahan menjadi gurun, menghentikan dan merehabilitasi kerusakan lahan, menghentikan kepunahan keanekaragaman hayati.
- Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh: Mendorong masyarakat adil, damai, dan inklusif.
- Kemitraan untuk mencapai tujuan: Menghidupkan kembali kemitraan global demi pembangunan berkelanjutan.
Sementara itu, terdapat pula Agenda Ilmu Pengetahuan Indonesia yang tercantum dalam Sains 45, di mana karakter ilmu pengetahuan dimanfaatkan sebagai metode atau alat untuk mencari solusi dari berbagai permasalahan kehidupan, sebagai kerangka berpikir yang mengangkat derajat dan kapabilitas manusia, dan sebagai budaya yang memberikan landasan nilai bagi peradaban manusia. Tantangan yang dihadapi oleh tiap negara di dunia selalu mencakup isu-isu ekonomi, kesenjangan, kemiskinan, pengangguran, dan inflasi (Sains 45, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia/AIPI, 2016). Dalam Sidang Paripurna Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) yang dilaksanakan pada Bulan November 2018, dengan masih mengacu pada Sains 45, ditetapkan bahwa prioritas penelitian di Indonesia di masa mendatang yang dapat menjadi unggulan adalah yang terfokus pada keanekaragaman hayati (biodiversity), dengan perhatian khusus pada potensi kelautan/maritim.
Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) ini pun dapat menjadi salah satu program yang berkontribusi bagi pencapaian SDG 2030. Ditambah dengan potensi kekayaan budaya dan tradisi, keragaman sumber daya alam, serta kemajuan teknologi, para siswa dihadapkan dengan peluang yang sangat lebar untuk dapat mengasah empati mereka, sekaligus menguji daya cipta dan kemampuan mereka dalam hal ilmu pengetahuan, kreativitas, dan perangai wirausaha. Juga dengan mempertimbangkan segala potensi ekonomi kreatif yang telah kita miliki, sudah sepantasnya kita manfaatkan potensi tersebut secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa. Sehingga jelas terlihat bahwa angkatan muda ini, terutama para siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), haruslah memiliki kualitas yang baik, yang akan menjadi penggerak utama dan ujung tombak kegiatan ekonomi di Indonesia.
Adapun generasi post millennial ini menyikapi peluang, berikut eksistensi pergaulannya, melalui usaha yang merespon permasalahan di sekitarnya dengan cara-cara kreatif, sekaligus mengaktivasi teknologi. Sebagai generasi yang dilahirkan dalam era digital dan internet, serta gencarnya pengembangan media sosial elektronik, penerapan teknologi informatika dalam keseharian menjadi sangat alami bagi generasi ini, termasuk pemanfaatannya sebagai alat pengembangan wirausaha yang mereka bangun sendiri. Kepekaan dan empati terhadap permasalahan lingkungan dan sosial pun menjadi perhatian tersendiri, sehingga kesadaran dalam mengangkat potensi sumber daya lokal sebagai solusi pun selaras dengan karakteristik mereka. Mereka merespon berbagai fenomena masa kini dengan menciptakan aktivitas usaha yang mencakup pertimbangan terhadap aspek-aspek sosial budaya, lingkungan hidup, pendidikan, kesehatan, transportasi, penggalangan dana, dll.
Sebagai contoh, Azizah Assattari, Founder dan Creative Director Lentera Nusantara, studio yang memproduksi game Ghost Parade yang dirintis sejak 2015. Game ini menceritakan petualangan Suri, seorang siswi yang menjumpai berbagai jenis makhluk halus dalam perjalanannya melewati hutan keramat Svaka sepulang dari sekolah. Suri justru berteman dengan makhluk halus yang meminta bantuan Suri untuk menjaga kelestarian alam dari tangan oknum yang berniat merusak hutan. Melalui game ini, Azizah dan Studio Lentera bermaksud mensosialisasikan isu kerusakan lingkungan. Exposure Ghost Parade masih berada dalam tahap awal, namun secara bertahap terus berkembang, dan rencananya akan diluncurkan pada tahun 2019 dengan rekanan dan jangkauan skala internasional. Dengan penyempurnaan dan pengembangan game ini, yang diharapkan meluas pemakaiannya di kalangan generasi muda, diharapkan pula makin meluasnya isu dan kepedulian terhadap pelestarian lingkungan.
Contoh lain adalah M. Alfatih Timur, yang berdasarkan keprihatinannya terhadap kondisi masyarakat sekitarnya, pada tahun 2013 mendirikan Kitabisa.com, sebuah platform penggalangan dana online. Sejalan dengan waktu, platform Kitabisa.com makin mendapat kepercayaan publik, dan hingga kini telah mendanai lebih dari 2.500 kampanye degan nilai melampaui Rp.45 miliar. Sejauh ini, platform yang telah menghubungkan lebih dari 153 ribu orang ini belum pernah mengalami penipuan (fraud). Karena inisiatifnya ini, Alfatih mendapatkan penghargaan sebagai salah satu kategori wirausaha sosial di bawah usia 30 tingkat Asia versi majalah Forbes.
Satu contoh lagi adalah Piksel Indonesia, dengan para pendiri antara lain Nancy Margried dan Muhamad Lukman, yang melestarikan batik melalui perpaduannya dengan perkembangan teknologi dalam dua produk, yaitu Batik Fractal (produk fashion yang memanfaatkan software khusus untuk mengolah rumus matematis menjadi pola batik yang unik) dan JBatik (piranti lunak yang digunakan dalam proses perancangan pola batik tersebut). Mereka masih terus mengembangkan aktivitasnya, mencakup pelatihan bagi para pebatik di pelosok kampung-kampung produsen batik, pewarna alam untuk komunitas batik, hingga melakukan penelitian ilmiah dan partisipasi di event desain dunia.
Azizah, Alfatih, Nancy, dan Lukman adalah contoh-contoh wirausahawan sosial yang menawarkan solusi inovatif bagi berbagai permasalahan di masyarakat, yang mampu menawarkan ide-ide baru dengan memanfaatkan kreativitas dan teknologi untuk membawa perubahan yang lebih luas. Usaha yang mereka ampu bukan hanya terfokus pada keuntungan dan pengembangan brand mereka saja, namun jelas berdampak nyata bagi kondisi sosial dan lingkungan. Kemajuan usaha mereka akan memperluas dampak positif yang dapat dinikmati oleh seluruh stakeholders terkait, termasuk warga dan komunitas lokal yang terlibat di dalamnya.
Dari sisi kebijakan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah III (2015-2019) pada peta perjalanan pembangunan pendidikan bertujuan untuk memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis pada sumber daya alam yang tersedia, sumber daya manusia yang berkualitas, serta kemampuan Iptek. Tema pembangunan pendidikan tahun 2015-2019 adalah Daya Saing Regional. Hal ini senada dengan pentingnya membangun daya saing generasi muda dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang nantinya juga dipersiapkan agar berdaya saing internasional. Pemerintah yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui jalan revolusi mental juga menghendaki agar para peserta didik memiliki karakter yang mandiri dan berkepribadian. Atas dasar itulah kewirausahaan menjadi sangat ideal untuk dikembangkan di tingkat SMA.
Data tahun 2012-2013 pada Kementerian Koperasi dan KUKM menunjukkan bahwa industri di Indonesia didominasi oleh skala mikro (sejumlah 98,77%), diikuti oleh skala kecil (1,13%), skala menengah (0,09%), dan skala industri besar (0,01%). Ketimpangan proporsi ini hanya bisa diatasi bila perusahaan/industri skala mikro dan kecil ditingkatkan sehingga mencapai skala menengah. Adalah tugas kaum terdidik dan terampil negeri ini untuk menyiapkan angkatan muda Indonesia menjadi generasi yang dapat berkontribusi bagi kesejahteraan bangsa melalui keterlibatan aktifnya dalam meningkatkan kelas-kelas industri skala mikro dan kecil tersebut. Patut dicatat juga, bahwa segala upaya untuk menyiapkan angkatan muda tersebut harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, bukan sekedar kegiatan sesekali yang bersifat seremonial untuk mendapatkan ‘pemenang’.
Terselenggaranya Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) dirintis oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas atas dasar semangat tersebut. Program ini dimaksudkan untuk memfasilitasi para siswa SMA/MA yang mempunyai minat dan bakat berwirausaha dan memulai usaha dengan basis ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Fasilitas yang diberikan meliputi pendidikan dan pelatihan kewirausahaan sosial, penyusunan rencana wirausaha (business plan), serta keberlanjutan usaha.
B. Dasar Hukum
Pelaksanaan Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia didasarkan pada:
a. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33
b. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
c. Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan dan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan.
f. DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) Program Penyediaan dan Layanan Pendidikan Sekolah Menengah Atas Tahun 2019.
C. Tujuan
- Membangun semangat dan jiwa kewirausahaan sosial kepada siswa;
- Memberikan bekal pengetahuan dan pembinaan kewirausahaan agar siswa kelak dapat memulai dan mengakselerasi wirausaha sosialnya;
- Mengaktivasi empati, membangun rasa tanggung jawab, serta kemandirian ekonomi pada siswa;
- Menumbuhkan generasi wirausahawan muda kreatif dengan wawasan sosial secara berkelanjutan;
- Membentuk jejaring yang dapat mendukung kegiatan wirausaha sosial, terutama dalam mempertahankan keberlanjutannya;
- Mendorong terbentuknya model praktik pembelajaran kewirausahaan sosial di tingkat SMA/MA;
- Menjadi media sosialisasi/diseminasi hasil karya wirausahawan sosial muda kreatif kepada masyarakat.
D. Hasil yang Diharapkan
- Siswa SMA/MA memiliki semangat, jiwa, dan sikap kewirausahaan;
- Siswa SMA/MA memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengakselerasi wirausahanya;
- Calon wirausaha muda kreatif memiliki ide, aspirasi, dan gagasan yang dapat terakomodasi;
- Siswa SMA/MA mendapatkan model praktik pembelajaran kewirausahaan;
- Terbentuknya jejaring yang dapat mendukung kegiatan wirausaha, terutama dalam mempertahankan keberlanjutannya;
- Terwujudnya aktivasi empati, membangun rasa tanggung jawab, dan kemandirian sosial sampai dengan ekonomi;
- Terbentuknya kerja sama tim yang baik;
- Terlatihnya siswa SMA/MA untuk menyusun rencana usaha yang baik;
- Terwujudnya keberlanjutan kegiatan usaha siswa;
- Terbimbingnya siswa dalam mempertahankan hasil dan manfaat dari usahanya.
Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) tahun 2019 memasuki pelaksanaan kali ke-4 yang merupakan pengembangan dari festival sebelumnya yang telah berlangsung sejak tahun 2016. FIKSI 2019 berupaya menekankan pada Bidang Rintisan, yaitu bidang usaha yang telah menghasilkan produk, sebagai lanjutan dari tahap konsep atau gagasan. Pelaku utama inovasi dan kewirausahaan pada ajang FIKSI ini adalah siswa SMA Indonesia, yang berjiwa Post Milennial. Untuk itu tema FIKSI tahun 2019 mencoba mencakup ide “Kewirausahaan Sosial” yang memanfaatkan dan mengangkat “Sumber Daya Lokal” sebagai sumber daya utama inspirasi wirausaha yang dirintisnya.
Tema ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi Pendidikan Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU) untuk siswa SMA, yang terdiri atas dua bagian, yaitu Prakarya dan Kewirausahaan. Pendidikan Prakarya meliputi kriya, rekayasa, pengolahan dan budidaya.
Pendidikan Kewirausahaan ditujukan untuk menciptakan entrepreneur atau wirausahawan yang inovatif dan kreatif atas produk-produk yang dihasilkan pada tahap Prakarya, dan juga bermaksud menyiapkan munculnya perilaku dan sikap wirausaha pada generasi muda Indonesia. Terdapat enam tahap pendidikan kewirausahaan, yaitu:
- Ide,
- Rencana Bisnis,
- Rencana Produksi,
- Pemasaran,
- Promosi, dan
- Finansial.
Sesuai dengan kebutuhan kini dan masa mendatang, model kewirausahaan yang diharapkan pada FIKSI 2019 adalah model yang juga memanfaatkan teknologi digital dan informatika, mulai dari sisi produk, proses produksi hingga strategi pemasaran (dari hulu ke hilir).
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dasar Hukum
Tujuan
Hasil yang diharapkan
BAB II MEKANISME PENYELENGGARAAN
A. Sasaran
B. Persyaratan/Kriteria Lomba
C. Kriteria Juri
D. Tema
E. Kategori dan Bidang Wirausaha
F. Bidang Wirausaha
1. Kriya
2. Desain Grafis
3. Fashion
4. Aplikasi dan Permainan Interaktif
5. Boga
6. Bidang Budidaya dan Lintas Usaha
G. Mekanisme Pendaftaran dan Pelaksanaan Lomba
H. Expo Kewirausahaan
BAB III PENILAIAN
A. Mekanisme Penilaian
BAB III PENILAIAN
A. Mekanisme Penilaian
B. Pemenang Rintisan Wirausaha
BAB IV PENUTUP
Penutup
BAB IV PENUTUP
Penutup
Lampiran
Download Pedoman Kegiatan FIKSI SMA 2019
Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Pedoman Kegiatan FIKSI (Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia) SMA 2019 ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:Download File:
Pedoman Kegiatan FIKSI SMA 2019.pdf
Sumber: https://psma.kemdikbud.go.id
Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Pedoman Kegiatan FIKSI (Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia) SMA 2019. Semoga bisa bermanfaat.
Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Pedoman Kegiatan FIKSI (Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia) SMA 2019. Semoga bisa bermanfaat.
0 Response to "Pedoman FIKSI SMA 2019"
Post a Comment